Ojo Putus Asa
O
|
jo putus asa,
idiom pendek bermakna luar biasa. Hampir 30 tahun, tutur lembut dari ibu ini
menjadi salah satu alasan mengapa aku harus bersyukur berprofesi guru. Guru
yang dianggap sebagai sosok yang pantas untuk digugu nasehatnya dan ditiru perilakunya, merupakan salah satu
keinginan orang tuaku.
Bukan sosok guru yang
ingin aku sampaikan melalui tulisann ini, melainkan sepenggal kisah perjalanan menjadi abdi dalem (ASN) sebagai seorang
guru sejak tahun 1994. Bukti tidak putus asa dan buah usaha sungguh-sungguh
untuk mewujudkan harapan. Harapan orang tua kepada anaknya dan keinginan anak
membahagiakannya.
Akhir tahun 1992
kutinggalkan kampung halaman. Pulau Sumatera menjadi tujuan merantau pertamaku.
Dua hari, satu malam perjalanan yang melelahkan. Aku tinggal di rumah sahabat
ayahku, sebelum menemui saudara sepupu.
Modal ijasah D-3 dan
pengalaman pernah wiyata bhakti. Aku diterima sebagai guru yayasan pendidikan
di kota Metro, Lampung Tengah waktu itu. Honor yang hanya beberapa puluh ribu
harus cukup memenuhi kebutuhanku. Bersama beberapa guru, kami tinggal di rumah
pemilih yayasan itu.
Agustus 1993, Mas
Haryanto, menyampaikan pesan Kepala SMP Negeri 7 Tanjungpandan, Belitung. Beliau
meminta aku mengajar di sekolahnya. Setelah perjalanan selama satu hari dua malam dari Kota Tanjungkarang, Lampung dengan moda transportasi
kereta api, kapal fery dan mini bus, melalui pulau Bangka, telah membawa diriku dI pulau penghasil timah dan tanah kaolin ini. Hari demi hari aku jalani, menyusuri perjalanan hidup yang semakin berwarna dan terasa lebih indah selaras dengan pesona pulau Negeri Laskar Pelangi ini.
Tahun 1994 lulus
penerimaan PNS. SK penempatan di SMP Negeri 10 Tanjungpandan, di Desa
Tanjungbinga. Kampung nelayan nan ramah, ±7 tahun mewarnai indahnya hidupku.
Tanggal 1 Agustus 2000 karena kondisi orang tua, mutasi di SMP Negeri 43
Palembang. Terhitung pada tanggal 7 Desember 2017 aku tercatat sebagai guru di SMP Negeri 1 Palembang, salah
satu sekolah favorit di kota pempek yang
berdiri pada jaman Belanda.
Janganlah kamu berputus
asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada putus asa dari rahmat Allah,
melainkan kaum kafir. (Q.S: 12: 87). “Ojo
putus asa”, pesan ibuku. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang enggkau dustakan (QS: 55 : 13).